Salam wrt..
iA pada post kali ini, ana akan cube berkongsi ilmu dgn teman2 sekalian, berkenaan pengajaran dan intipati dalam penceritaan surah kahfi, 18: 60-80.. Perihal ayat ini menceritakan kisah Nabi Mudan dan Khidir
Kisah ini juga dinukilkan dalam sahih muslim yg berbunyi:
Hadis riwayat Ubay bin Kaab رضي
الله عنه:
Ia berkata : Dari Said bin Jubair ia berkata: Aku pernah
berkata kepada Ibnu Abbas رضي
الله عنه bahwa Naufan
Al-Bukali beranggapan bahwa Musa عليه
السلام nabi Bani
Israel adalah bukan Musa yang menjadi sahabat Khidhir.
Ibnu Abbas berkata: Musuh Allah adalah pembohong. Aku pernah
mendengar Ubay bin Kaab رضي
الله عنه berkata: Aku pernah
mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda:
Musa عليه
السلام pernah
berdiri berpidato di tengah-tengah Bani Israel.
Dia (Musa) lalu ditanya: Siapakah manusia yang paling
berilmu? Dia menjawab: Akulah orang yang paling berilmu.
Allah lantas menegurnya karena dia tidak mengembalikan ilmu
kepada Allah. Allah lalu memberi wahyu kepadanya bahwa salah seorang hamba-Ku
yang menetap di tempat pertemuan dua lautan adalah lebih berilmu daripada kamu.
Selanjutnya Musa bertanya: Wahai Tuhanku, bagaimana aku
dapat bertemu dengannya? Dikatakan kepadanya: Bawalah seekor ikan dalam sebuah
keranjang. Di mana saja kamu kehilangan ikan tersebut, maka di situlah dia
berada.
Kemudian Musa pun berangkat bersama muridnya bernama Yusya’
bin Nun. Musa عليه السلام membawa ikan
tersebut dalam sebuah keranjang. Dia dan muridnya berangkat dengan berjalan
kaki sampai keduanya mencapai sebuah batu karang besar dan tidurlah Musa عليه السلام dan muridnya. Sementara ikan yang
berada dalam keranjang bergerak dan keluar dari keranjang lalu jatuh ke laut.
Kemudian Allah menahan ombak, sehingga menjadi seperti sebuah lengkungan buat
melintas ikan tersebut. Musa عليه
السلام dan muridnya
terheran-heran. Mereka meneruskan sisa perjalanan pada siang dan malam hari
sedangkan murid Musa عليه
السلام lupa untuk
memberitahukannya.
Keesokan paginya Musa عليه
السلام berkata
kepada muridnya: Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa
letih karena perjalanan kita ini. Tetapi (Musa عليه السلام)
tidak akan merasa letih sebelum dia sampai di tempat yang diperintahkan.
Muridnya berkata: Tahukah engkau ketika kita mencari tempat
berlindung di sebuah batu karang tadi, aku lupa menceritakan tentang ikan itu,
setanlah sebenarnya yang membuatku lupa untuk menceritakannya, ikan itu telah
masuk ke laut dengan cara yang sangat aneh sekali.
Selanjutnya Musa عليه
السلام berkata:
Kalau begitu itulah tempat yang kita cari. Keduanya lalu kembali. Keduanya mengikuti
jejak mereka semula. Hingga ketika mereka tiba di batu karang tadi Musa
tiba-tiba melihat seorang lelaki yang berselimut dengan sebuah pakaian dan
itulah Khidhir. Musa عليه
السلامmengucapkan salam
kepadanya.
Khidhir bertanya kepadanya: Ternyata di negerimu terdapat
salam! (Musa عليه السلام) berkata: Aku adalah
Musa. Khidhir bertanya: Musa Bani Israel? Dia menjawab: Ya. Khidhir berkata:
Sesungguhnya kamu memiliki ilmu dari ilmu-ilmu Allah yang telah diajarkan Allah
kepada kamu yang aku tidak ketahui. Sebaliknya aku juga memiliki ilmu dari
ilmu-ilmu Allah yang telah diajarkan Allah kepadaku yang tidak kamu ketahui.
Musa عليه
السلام berkata
kepada Khidhir: Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu
yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? Khidhir menjawab:
Sesungguhnya kamu tidak akan sabar bersamaku. Bagaimana kamu bisa sabar atas
sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? Musa عليه السلام berkata: Insya Allah kamu akan
mendapati aku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam
suatu urusanpun. Khidhir berkata kepadanya: Jika kamu mengikutiku, maka
janganlah kamu menanyakan tentang sesuatu apapun sampai aku sendiri yang akan
menerangkannya kepadamu.
Musa menjawab: Baiklah. Khidhir dan Musa عليه السلام lalu berangkat dengan berjalan kaki di
tepi pantai dan lewatlah sebuah perahu di hadapan mereka berdua. Mereka
bercakap-cakap dengan para penumpangnya agar mau mengangkut mereka. Karena
sudah kenal dengan Khidhir, mereka lalu membawa keduanya tanpa bayaran.
Khidhir beranjak ke salah satu papan perahu lalu dicabutnya.
Musa عليه السلام berkata kepada
Khidhir: Mereka telah membawa kita dengan percuma tetapi dengan sengaja perahu
mereka kamu lobangi! Apakah kamu hendak menenggelamkan penumpangnya.
Sesungguhnya kamu telah berbuat suatu kesalahan yang besar? Khidhir berkata:
Bukankah aku telah berkata: Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar
bersamaku. Musa عليه
السلام berkata:
Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku
dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.
Selanjutnya mereka meninggalkan perahu tersebut. Saat mereka
sedang berjalan di tepi pantai, tiba-tiba ada seorang anak remaja bermain
dengan beberapa temannya. Khidhir memegang kepala anak itu lalu memenggalnya
sehingga terbunuhlah ia.
Musa عليه
السلام berkata:
Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih itu? Bukankah dia tidak membunuh orang
lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.
Khidhir berkata: Bukankah sudah aku katakan kepadamu, bahwa
kamu tidak akan sabar bersamaku. Perbuatan ini lebih kejam lagi daripada yang
pertama. Selanjutnya Musa عليه
السلام berkata: Jika
aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur
kepadaku.
Maka keduanya berjalan, hingga tatkala keduanya sampai
kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu
tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir
menegakkan dinding itu. Ia berkata: Miring, Khidhir mengisyaratkan dengan
tangannya dan menegakkan dinding tersebut. Musaعليه
السلام berkata
kepada Khidhir: Orang-orang yang kita datangi tidak mau menerima kita sebagai
tamu dan tidak mau menjamu kita. Jikalau kamu mau niscaya kamu mengambil upah
untuk pekerjaan itu. Khidhir berkata: Inilah perpisahan kita. Aku akan
memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang membuat kamu tidak
sabar terhadapnya.
Rasulullah صلی
الله عليه وسلم bersabda:
Semoga Allah merahmati Musa. Aku akan senang sekali kalau
saja Musa عليه السلام boleh bersabar
sehingga dia dapat menceritakan kepada kita tentang pengalaman mereka berdua.
Rasulullah صلی
الله عليه وسلم bersabda:
Tindakan Musa عليه
السلام yang pertama
memang karena lupa. Beliau bersabda: Seekor burung terbang lalu hinggap pada
tepi perahu itu dan mematuk ke laut. Khidhir lalu berkata kepadanya: Ilmu kita
jika dibandingkan dengan ilmu Allah adalah seperti patukan seekor burung pipit
tersebut pada laut itu .
Shahih Muslim
Antara pengajaran yg boleh diambil ialah:
1) Kita disunnatkan utk bermusafir dalam urusan mencari ilmu walau sejauh manepun
Justeru, perlu ada satu semangat yg mendorong dalam urusan bermusafir itu, kerana bermusafir bukan satu perkara yg mudah. Boleh jadi, sape2 yg tidak mempunyai matlamat yg jelas dalam bermusafir itu, akan berhenti separuh jalan sahaja.
Jadi, matlamat serta cita2 yg tinggi amat penting.. Seperti mane Nabi musa, yg begitu teguh dalam perjalanannya walaupun sejauh mane pun perjalanan yg akan diambil.
Begitu juga dgn kire, urusan kite dalam menuntut ilmu masih lagi panjang.. justeru amatlah digalakkan utk kite sentiasa mentajdid niat. Moga Allah permudahkan urusan kita semua
2)Kita juga disunatkan utk menambah ilmu kita, walau sebanyak mane ilmu perlu di pelajari
Dalam erti kata lain, urusan menuntut ilmu tidak akan berhenti sehingga hembusan nafas kite yg terakhir. Ilmu menjadi unsur oenting dalam kehidupan kerana sesuatu amalan perlu berteraskan kejelasan ilmu.. Justeru tiada istilah bertaklid buta.
3) Kita harus mampu mentakwil apa2 yg tidak difahami dari perkataan
sbg seorang muslim, kite perlu peka/ sensitive terhadap persekitaran serta mampu menguasai biah/suasana masyarakat. Kite harus mampu membuat prediction terhadap sesuatu keputusan atau perancangan dakwah terhadap sesuatu masyarakat.
Ini lah ilmu yg diberikan oleh Allah kpd nabi Khidir. Kemampuan utk mentakwil perkara2 yg berlaku disekelilingnya yg tidak ada pada nabi musa
4) Berhukum dan berpegang dgn zahir sebelum muncul sesuatu disebaliknya
aplikasi dalam kerja2 DnT, seseorang murobbi memberikan tugasan kpd mutarobbi. Menjadi satu kewajiban kpd mutarobbi tersebut utk melaksanakannya. Barangkali, ada agenda yg penting yg disembunyikan oleh murobbi tersebut, contohnya utk memerhati bagaimana perjalanan/management seseorang mutarobbi tersebut dalam melaksanakan tugas yg diberikan.
Secara idealnya, tanggungjawab yg diberikan itu harus dilaksanakan dengan minima persoalan or tanpa persoalan. Justeru kite harus yakin, seorang murobbi itu ada satu pandangan yg lebih jauh dalam merangka sesuatu gerakan DnT di sesuatu kawasan
5) Mengutamakan diri dalam ibadah dan sunat mengutamakan rg lain dalam urusan dunia.
6) menepati janji dan meninta maaf jika gagal.
7)bertanya kpd org yg lebih tahu
=> kesimpulan dari kisah ini, lebih kpd adab apabila berhadapan dgn guru. Mudah-mudahan segala yg dicoretkan menberi manfaat kpd semua..
yg baik dtg dari Allah, yg buruk dtg dari kelemahan diri.. Hakikatnya kedua2 dtg dari Allah.