Saturday, February 9, 2013

Kisah Musa & Khidir

Salam wrt..

iA pada post kali ini, ana akan cube berkongsi ilmu dgn teman2 sekalian, berkenaan pengajaran dan intipati dalam penceritaan surah kahfi, 18: 60-80.. Perihal ayat ini menceritakan kisah Nabi Mudan dan Khidir

Kisah ini juga dinukilkan dalam sahih muslim yg berbunyi:


Hadis riwayat Ubay bin Kaab رضي الله عنه:

Ia berkata : Dari Said bin Jubair ia berkata: Aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas رضي الله عنه  bahwa Naufan Al-Bukali beranggapan bahwa Musa عليه السلام  nabi Bani Israel adalah bukan Musa yang menjadi sahabat Khidhir.

Ibnu Abbas berkata: Musuh Allah adalah pembohong. Aku pernah mendengar Ubay bin Kaab رضي الله عنه  berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم  bersabda:
Musa عليه السلام pernah berdiri berpidato di tengah-tengah Bani Israel.

Dia (Musa) lalu ditanya: Siapakah manusia yang paling berilmu? Dia menjawab: Akulah orang yang paling berilmu.

Allah lantas menegurnya karena dia tidak mengembalikan ilmu kepada Allah. Allah lalu memberi wahyu kepadanya bahwa salah seorang hamba-Ku yang menetap di tempat pertemuan dua lautan adalah lebih berilmu daripada kamu.

Selanjutnya Musa bertanya: Wahai Tuhanku, bagaimana aku dapat bertemu dengannya? Dikatakan kepadanya: Bawalah seekor ikan dalam sebuah keranjang. Di mana saja kamu kehilangan ikan tersebut, maka di situlah dia berada.

Kemudian Musa pun berangkat bersama muridnya bernama Yusya’ bin Nun. Musa عليه السلام membawa ikan tersebut dalam sebuah keranjang. Dia dan muridnya berangkat dengan berjalan kaki sampai keduanya mencapai sebuah batu karang besar dan tidurlah Musa عليه السلام dan muridnya. Sementara ikan yang berada dalam keranjang bergerak dan keluar dari keranjang lalu jatuh ke laut. Kemudian Allah menahan ombak, sehingga menjadi seperti sebuah lengkungan buat melintas ikan tersebut. Musa عليه السلام dan muridnya terheran-heran. Mereka meneruskan sisa perjalanan pada siang dan malam hari sedangkan murid Musa عليه السلام lupa untuk memberitahukannya.

Keesokan paginya Musa عليه السلام berkata kepada muridnya: Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini. Tetapi (Musa عليه السلام) tidak akan merasa letih sebelum dia sampai di tempat yang diperintahkan.

Muridnya berkata: Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di sebuah batu karang tadi, aku lupa menceritakan tentang ikan itu, setanlah sebenarnya yang membuatku lupa untuk menceritakannya, ikan itu telah masuk ke laut dengan cara yang sangat aneh sekali.

Selanjutnya Musa عليه السلام berkata: Kalau begitu itulah tempat yang kita cari. Keduanya lalu kembali. Keduanya mengikuti jejak mereka semula. Hingga ketika mereka tiba di batu karang tadi Musa tiba-tiba melihat seorang lelaki yang berselimut dengan sebuah pakaian dan itulah Khidhir. Musa عليه السلامmengucapkan salam kepadanya.

Khidhir bertanya kepadanya: Ternyata di negerimu terdapat salam! (Musa عليه السلام) berkata: Aku adalah Musa. Khidhir bertanya: Musa Bani Israel? Dia menjawab: Ya. Khidhir berkata: Sesungguhnya kamu memiliki ilmu dari ilmu-ilmu Allah yang telah diajarkan Allah kepada kamu yang aku tidak ketahui. Sebaliknya aku juga memiliki ilmu dari ilmu-ilmu Allah yang telah diajarkan Allah kepadaku yang tidak kamu ketahui.

Musa عليه السلام berkata kepada Khidhir: Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? Khidhir menjawab: Sesungguhnya kamu tidak akan sabar bersamaku. Bagaimana kamu bisa sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? Musa عليه السلام berkata: Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusanpun. Khidhir berkata kepadanya: Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan tentang sesuatu apapun sampai aku sendiri yang akan menerangkannya kepadamu.

Musa menjawab: Baiklah. Khidhir dan Musa عليه السلام lalu berangkat dengan berjalan kaki di tepi pantai dan lewatlah sebuah perahu di hadapan mereka berdua. Mereka bercakap-cakap dengan para penumpangnya agar mau mengangkut mereka. Karena sudah kenal dengan Khidhir, mereka lalu membawa keduanya tanpa bayaran.

Khidhir beranjak ke salah satu papan perahu lalu dicabutnya. Musa عليه السلام berkata kepada Khidhir: Mereka telah membawa kita dengan percuma tetapi dengan sengaja perahu mereka kamu lobangi! Apakah kamu hendak menenggelamkan penumpangnya. Sesungguhnya kamu telah berbuat suatu kesalahan yang besar? Khidhir berkata: Bukankah aku telah berkata: Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku. Musa عليه السلام berkata: Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.

Selanjutnya mereka meninggalkan perahu tersebut. Saat mereka sedang berjalan di tepi pantai, tiba-tiba ada seorang anak remaja bermain dengan beberapa temannya. Khidhir memegang kepala anak itu lalu memenggalnya sehingga terbunuhlah ia.

Musa عليه السلام berkata: Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih itu? Bukankah dia tidak membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.

Khidhir berkata: Bukankah sudah aku katakan kepadamu, bahwa kamu tidak akan sabar bersamaku. Perbuatan ini lebih kejam lagi daripada yang pertama. Selanjutnya Musa عليه السلام berkata: Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku.

Maka keduanya berjalan, hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Ia berkata: Miring, Khidhir mengisyaratkan dengan tangannya dan menegakkan dinding tersebut. Musaعليه السلام berkata kepada Khidhir: Orang-orang yang kita datangi tidak mau menerima kita sebagai tamu dan tidak mau menjamu kita. Jikalau kamu mau niscaya kamu mengambil upah untuk pekerjaan itu. Khidhir berkata: Inilah perpisahan kita. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang membuat kamu tidak sabar terhadapnya.

Rasulullah صلی الله عليه وسلم  bersabda:
Semoga Allah merahmati Musa. Aku akan senang sekali kalau saja Musa عليه السلام boleh bersabar sehingga dia dapat menceritakan kepada kita tentang pengalaman mereka berdua.

Rasulullah صلی الله عليه وسلم  bersabda:
Tindakan Musa عليه السلام yang pertama memang karena lupa. Beliau bersabda: Seekor burung terbang lalu hinggap pada tepi perahu itu dan mematuk ke laut. Khidhir lalu berkata kepadanya: Ilmu kita jika dibandingkan dengan ilmu Allah adalah seperti patukan seekor burung pipit tersebut pada laut itu .

Shahih Muslim

Antara pengajaran yg boleh diambil ialah:

1)  Kita disunnatkan utk bermusafir dalam urusan mencari ilmu walau sejauh manepun

Justeru, perlu ada satu semangat yg mendorong dalam urusan bermusafir itu, kerana bermusafir bukan satu perkara yg mudah. Boleh jadi, sape2 yg tidak mempunyai matlamat yg jelas dalam bermusafir itu, akan berhenti separuh jalan sahaja.

Jadi, matlamat serta cita2 yg tinggi amat penting.. Seperti mane Nabi musa, yg begitu teguh dalam perjalanannya walaupun sejauh mane pun perjalanan yg akan diambil.

Begitu juga dgn kire, urusan kite dalam menuntut ilmu masih lagi panjang.. justeru amatlah digalakkan utk kite  sentiasa mentajdid niat. Moga Allah permudahkan urusan kita semua

2)Kita juga disunatkan utk menambah ilmu kita, walau sebanyak mane ilmu perlu di pelajari

Dalam erti kata lain, urusan menuntut ilmu tidak akan berhenti sehingga hembusan nafas kite yg terakhir. Ilmu menjadi unsur oenting dalam kehidupan kerana sesuatu amalan perlu berteraskan kejelasan ilmu.. Justeru tiada istilah bertaklid buta.

3) Kita harus mampu mentakwil apa2 yg tidak difahami dari perkataan 

sbg seorang muslim, kite perlu peka/ sensitive terhadap persekitaran serta mampu menguasai biah/suasana masyarakat. Kite harus mampu membuat prediction terhadap sesuatu keputusan atau perancangan dakwah terhadap sesuatu masyarakat.

Ini lah ilmu yg diberikan oleh Allah kpd nabi Khidir. Kemampuan utk mentakwil perkara2 yg berlaku disekelilingnya yg tidak ada pada nabi musa

4) Berhukum dan berpegang dgn zahir sebelum muncul sesuatu disebaliknya

aplikasi dalam kerja2 DnT, seseorang murobbi memberikan tugasan kpd mutarobbi. Menjadi satu kewajiban kpd mutarobbi tersebut utk melaksanakannya. Barangkali, ada agenda yg penting yg disembunyikan oleh murobbi tersebut, contohnya utk memerhati bagaimana perjalanan/management seseorang mutarobbi tersebut dalam melaksanakan tugas yg diberikan.

Secara idealnya, tanggungjawab yg diberikan itu harus dilaksanakan dengan minima persoalan or tanpa persoalan. Justeru kite harus yakin, seorang murobbi itu ada satu pandangan yg lebih jauh dalam merangka sesuatu gerakan DnT di sesuatu kawasan

5) Mengutamakan diri dalam ibadah dan sunat mengutamakan rg lain dalam urusan dunia.

6) menepati janji dan meninta maaf jika gagal. 

7)bertanya kpd org yg lebih tahu

=> kesimpulan dari kisah ini, lebih kpd adab apabila berhadapan dgn guru. Mudah-mudahan segala yg dicoretkan menberi manfaat kpd semua..

yg baik dtg dari Allah, yg buruk dtg dari kelemahan diri.. Hakikatnya kedua2 dtg dari Allah.




No comments: